Perbaikan peringkat TTDI Indonesia menjadi landasan pengembangan industri Indonesia ke depan melalui Parekraf

Perbaikan peringkat TTDI Indonesia menjadi landasan pengembangan industri Indonesia ke depan melalui Parekraf


Peningkatan signifikan pada peringkat Indeks Pembangunan Pariwisata Indonesia (TTDI) menjadi landasan bagi masa depan Indonesia melalui pengembangan pariwisata dan industri kreatif tanah air.

Nia Niscaya, Pakar Unggulan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Adyatama Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Baparekraf, mengatakan pada “Pengarahan Mingguan Sandi Uno” di Gedung Sapta Pesona, Jakarta Pusat, Senin (7 Januari 2024), Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf/Baparekraf) melakukan kajian dampak peningkatan peringkat TTDI. Berdasarkan kajian tersebut, dikemukakan beberapa rekomendasi yang dapat menjadi landasan bagi pengembangan pariwisata dan ekonomi kreatif di Indonesia ke depan.

“TTDI merupakan salah satu indikator kinerja utama Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, bersama dengan wisatawan mancanegara, wisatawan nusantara, nilai tambah ekonomi kreatif dan ekspor, jumlah tenaga kerja, dan devisa negara negara lain dibandingkan karena menggunakan indikator yang sama. “

Nia mengatakan, berdasarkan pilar dan indikator penilaian TTDI, Indonesia memiliki beberapa indikator yang perlu ditingkatkan, yaitu kesehatan dan sanitasi, layanan dan infrastruktur pariwisata, kesiapan ICT, keterbukaan P&T, sumber daya manusia dan pasar tenaga kerja, serta kelestarian lingkungan.

“Meskipun semuanya belum tentu berada di bawah kewenangan Kemenparekraf, namun hal ini harus kita kerjakan bersama-sama,” ujarnya.

Oleh karena itu, diperlukan kolaborasi yang kuat antara pihak-pihak yang terlibat untuk mempertahankan pilar-pilar penilaian yang memadai dan menyempurnakan pilar-pilar yang memerlukan perbaikan dan penyempurnaan.

“Kita harus fokus pada koordinasi dan kerja sama antara KL dan Pentahelix,” ujarnya.

Dessy Ruhati, Deputi Kebijakan Strategis Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, juga menyampaikan sentimen serupa, dengan mengatakan bahwa peningkatan dan pengelolaan pilar penilaian TTDI adalah tanggung jawab bersama antara kementerian dan lembaga. Karena pilar evaluasi tersebut, hanya 30% yang menjadi amanah Kemenparekraf.

“Mengingat 30% indikator tersebut merupakan tanggung jawab dan fungsi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, sedangkan 70% sisanya terkait dengan tanggung jawab dan fungsi kementerian lain, maka kita tentu dapat bersama-sama melakukan tindakan perbaikan melalui lintas departemen. strategi kerjasama Departemen, langkah strategi ini merupakan upaya kita untuk memperkuat indikator TTDI,” kata Dessy.

Selanjutnya, Myra P. Gunawan, pendiri Pusat Pariwisata Institut Teknologi Bandung (ITB), mengungkapkan peringkat Indonesia di TTDI dapat menjadi landasan untuk mengembangkan dan memperkuat infrastruktur pendukung pariwisata dan industri kreatif Indonesia. “Peringkat ini merupakan potensi pendorong perkembangan ini,” kata Myra.

Sementara itu, Guru Besar Geografi Universitas Gajah Mada (UGM) Prof M. Baiquni menambahkan, pengembangan industri parekraf harus berjalan merata di seluruh Indonesia. Memungkinkan kunjungan wisatawan lebih merata dan tidak terpusat pada destinasi wisata tertentu.

“Kami mulai mengalami overtourism di beberapa destinasi wisata seperti Bali, Yogyakarta, Bandung, Jakarta, dan Surabaya. “Terkadang terjadi kemacetan lalu lintas yang sangat parah dan hal ini perlu terus kita upayakan untuk dikelola. “kata Bai Qunni. (Ix)



Berita Terkini

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *